Minggu, 05 Oktober 2008

Masjid 1000 Pintu

Tak ada kata lain bahwa kita harus ingat kepada-Nya

Pernahkan Anda mendengar tempat bernama Masjid pintu seribu? Jika belum pastilah menggugah rasa penasaran Anda kan? Saya pun demikian. Begini menurut pengalaman seseorang...

Sebenarnya Masjid yang dibangun pada tahun 1978 itu dinamai Masjid Agung Nurul Yaqin. Banyaknya pintu maka orang bahkan media massa pun banyak menyebutnya dengan nama Masjid Pintu Seribu (MPS).

Masjid yang berlokasi di Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung, Kabupaten Tangerang. Lokasinya pun cukup mudah dijangkau dengan mobil, dan hanya beberapa menit dari pusat Kota Tangerang. Dan pastinya Masjid ini sebetulnya terlihat dari pesawat yang akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Masjid Pintu Seribu (MPS) ini memang memiliki sangat banyak pintu. Menurut keterangan dari A. Supandi.S salah satu santri yang juga pengurus Masjid menjelaskan bahwa pengelola dan pembangun masjid tidak pernah menghitung berapa sebetulnya jumlah pintu yang ada di masjid itu. Untuk arsitektur bangunan tidak ada acuan pastinya, tetapi banyak orang yang datang kesini ada berpendapat bahwa arsitektur bangunan mirip masjid model di China, Jordania atau Arab.

Tetapi, mungkin juga tidak ada gunanya menghitung jumlah pintu itu sekarang. Karena MPS adalah sebuah work in progress. Sejak dibangun pada tahun 1978 pendirinya yang bernama Al Faqir Mahdi Hasan Alqudratillah Al Muqoddam, masjid ini hingga kini memang belum selesai dan hingga kini terus dalam masa pembangunan. Al Faqir adalah salah satu santri dari Syekh Hami Abas Rawa Bokor yang memulai pembangunan masjid itu dengan membuat Majelis Ta’lim terlebih dahulu di daerah tersebut. Untuk menghormatinya, warga kampung memberinya gelar Mahdi Hasan al Qudratillah al Muqodam. Sekarang, Al Faqir juga sedang membangun masjid-masjid serupa di Karawang, Madiun, dan beberapa kota lain di Indonesia. Sekedar informasi bahwa Masjid ini berdiri diatas tanah seluas 1 hektar yang tadinya merupakan pemukiman warga etnis Tionghoa. Kini hubungan warga setempat dengan etnis Tionghoa pun sangat akrab.

Pembangunan masjid ini bahkan tidak memakai gambar rancang. Tidak ada desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Ada pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec. Pada beberapa pintu banyak ornamen angka 999. mengapa tidak 1000? Masjid Semula saya pikir itu ada kaitannya dengan legenda Candi Prambanan, ketika Bandung Bondowoso hanya mampu menyelesaikan 999 dan Roro Jonggrang yang menuntut arca ke-1.000. Ternyata, menurut Supandi angka 999 itu memilki arti yakni menunjukkan 99 berati atsma ul husna dan 9 lagi jumlah Wali Songo.

Setelah mewawancarai pengurus Masjid kami pun diantar menuju makam yang ada di bagian utama. Hari itu kebetulan banyak jamaah yang berziarah ke makam Ahmad Sultan Agung Purnama Sejati Al-Muqoddam yakni salah seorang putra dari pendiri masjid ini. Biasanya menjelang bulan puasa banyak sekali pengunjung yang datang, bahkan Hari Raya Idul Fitri dan perayaan agama Islam lainnya tempat ini ramai dikunjungi.

Menelusuri lorong masjid

Usai berdoa dan mengambil gambar kami pun dipandu menuju bagian masjid yang sedang dan terus dibangun. Bagian yang pertama kami kunjungi adalah ruang tasbih di bawah tanah. Melalui lorong sempit yang gelap dan berliku kami harus meraba-raba untuk mencapai ruang itu dan terasa sangat lembab sekali. Matahari pun tak pernah menembus ruang itu. Lorong-lorong bawah tanah MPS itu mempunyai banyak cabang dan betul-betul merupakan labirin yang membingungkan. Saat berjalan di lorong itulah para jemaah membaca shalawat ataupun dzikir.
Tanpa penunjuk jalan, pastilah para pengunjung akan tersesat di dalamnya. Lorong-lorong yang lain juga menuju ke berbagai ruang sempit yang bisa digunakan untuk melakukan istiqomah (bersunyi hati, pikiran dan perasaan untuk mendekatkan diri kepada Allah). Salah satu ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih itu agak luas, memakai lantai keramik putih, dan sinar lampu ada di ruang tersebut dan di sana terdapat sebuah tasbih besar dari kayu. Garis tengah masing-masing butir tasbihnya sekitar 10 sentimeter bahkan Supandi menyebut bahwa tasbih ini adalah tasbih terbesar di dunia. Ruang tasbih ini dipakai oleh Al Faqir bahkan jamaah lain untuk ber-istiqomah. Pemandu sengaja mematikan lampu di ruang itu, dan mengajak kami semua membayangkan bahwa pada saat kematian nanti kita akan berada dalam liang yang jauh lebih kecil dan lebih pengap daripada ruangan ini. Kemudian ia mengajak kami semua berdoa bersama dalam keheningan dan kegelapan. Itulah kenapa di lorong itu tidak diberi lampu dan pengunjung hanya diberikan lampu senter kecil. Bangunan ini rencananya akan dibuat 5 lantai supaya bisa menampung 5000 jemaah. Kubahnya nanti rencananya dibuat ada 9. Disini bagian utama dekat makam kita bisa mengambil air tanah untuk dibawa pulang, menurut cerita air di sumur itu tidak pernah kering walaupun di musim kemarau. Yang jelas, Masjid adalah tempat kita menghadap allah dan masjid ini mungkin membuat ukhuwah Islmiah semakin kuat. Karenanya tak heran jika yang datang tak hanya pengunjung lokal, “Pengunjung dari luar negeri seperti Tokyo dan Singapura pun pernah datang ke Masjid ini,” ungkap Supandi menutup pembicaraan.

Tidak ada komentar: