Senin, 06 Oktober 2008

Diam itu Emas

Dalam upaya mendewasakan diri kita, salah satu langkah awal yang harus kita pelajari adalah bagaimana menjadi pribadi yang berkemampuan dalam menjaga juga memelihara lisan dengan baik dan benar. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata benar atau diam.", hadits diriwayatkan oleh Bukhari.

1. Jenis-jenis Diam

Sesungguhnya diam itu sangat bermacam-macam penyebab dan dampaknya. Ada yang dengan diam jadi emas, tapi ada pula dengan diam malah menjadi masalah. Semuanya bergantung kepada niat, cara, situasi, juga kondisi pada diri dan lingkungannya. Berikut ini bisa kita lihat jenis-jenis diam:

a. Diam Bodoh

Yaitu diam karena memang tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hal ini bisa karena kekurangan ilmu pengetahuan dan ketidakmengertiannya, atau kelemahan pemahaman dan alasan ketidakmampuan lainnya. Namun diam ini jauh lebih baik dan aman daripada memaksakan diri bicara sok tahu.

b. Diam Malas

Diam jenis merupakan keburukan, karena diam pada saat orang memerlukan perkataannya, dia enggan berbicara karena merasa sedang tidak mood, tidak berselera atau malas.

c. Diam Sombong

Ini pun termasuk diam negatif karena dia bersikap diam berdasarkan anggapan bahwa orang yang diajak bicara tidak selevel dengannya.

d. Diam Khianat

Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.

e. Diam Marah

Diam seperti ini ada baiknya dan adapula buruknya, baiknya adalah jah lebih terpelihara dari perkataan keji yang akan lebih memperkeruh suasana. Namun, buruknya adalah dia berniat bukan untuk mencari solusi tapi untuk memperlihatkan kemurkaannya, sehingga boleh jadi diamnya ini juga menambah masalah.

f. Diam Utama (Diam Aktif)

Yang dimaksud diam keutamaan adalah bersikap diam hasil dari pemikiran dan perenungan niat yang membuahkan keyakinan bahwa engan bersikap menahan diri (diam) maka akan menjadi maslahat lebih besardibanding dengan berbicara.

2. Keutaam Diam Aktif

a. Hemat Masalah

Dengan memilih diam aktif, kita akan menghemat kata-kata yang berpeluang menimbulkan masalah.

b. Hemat dari Dosa

Dengan diam aktif maka peluang tergelincir kata menjadi dosapun menipis, terhindar dari kesalahan kata yang menimbulkan kemurkaan Allah.

c. Hati Selalu Terjaga dan Tenang

Dengan diam aktif berarti hati akan terjaga dari riya, ujub, takabbur atau aneka penyakit hati lainnya yang akan mengeraskan dan mematikan hati kita.

d. Lebih Bijak

Dengan diam aktif berarti kita menjadi pesdengar dan pemerhati yang baik, diharapkan dalam menghadapi sesuatu persoalan, pemahamannya jauh lebih mendaam sehingga pengambilan keputusan pun jauh lebih bijak dan arif.

e. Hikmah Akan Muncul

Yang tak kalah pentingnya, orang yang mampu menahan diri dengan diam aktif adalah bercahayanya qolbu, memberikan ide dan gagasan yang cemerlang, hikmah tuntunan dari Allah swtakan menyelimuti hati, lisan, serta sikap dan perilakunya.

f. Lebih Berwibawa

Tanpa disadari, sikap dan penampilan orang yang diam aktif akan menimbulkan wibawa tersendiri. Orang akan menjadi lebih segan untuk mempermainkan atau meremehkan.

Selain itu, diam aktif merupakan upaya menahan diri dari beberapa hal, seperti:
Diam dari perkataan dusta
Diam dari perkataan sia-sia
Diam dari komentar spontan dan celetukan
Diam dari kata yang berlebihan
Diam dari keluh kesah
Diam dari niat riya dan ujub
Diam dari kata yang menyakiti
Diam dari sok tahu dan sok pintar

Mudah-mudahan kita menjadi terbiasa berkata benar atau diam. Semoga pula Allah ridha hingga akhir hayat nanti, saat ajal menjemput, lisan ini diperkenankan untuk mengantar kepergian ruh kita dengan sebaik-baik perkataan yaitu kalimat tauhiid "laa ilaha illallah" puncak perkataan yang menghantarkan ke surga. Amiinn..

Minggu, 05 Oktober 2008

Jangan Takut jadi Orang Aneh

Ada artikel menarik dari seseorang, berikut bisa disimak :

Jangan takut jadi orang aneh "Dunia memang aneh", Guman Pak Ustadz "Apanya yang aneh Pak?" Tanya Penulis yang fakir ini. "Tidakkah antum (kamu/anda) perhatikan di sekeliling antum, bahwa dunia menjadi terbolak-balik, tuntunan jadi tontonan, tontonan jadi tuntunan, sesuatu yang wajar dan seharusnya dipergunjingkan, sementara perilaku menyimpang dan kurang ajar malah menjadi pemandangan biasa" "Coba antum rasakan sendiri, nanti Maghrib, antum ke masjid, kenakan pakaian yang paling bagus yang antum miliki, pakai minyak wangi, pakai sorban, lalu antum berjalan kemari, nanti antum ceritakan apa yang antum alami" Kata Pak Ustadz. Tanpa banyak tanya, penulis melakukan apa yang diperintahkan Pak Ustadz, menjelang maghrib, penulis bersiap dengan mengenakan pakaian dan wewangian dan berjalan menunju masjid yang berjarak sekitar 800m dari rumah. Belum setengah perjalanan, penulis berpapasan dengan seorang ibu muda yang sedang jalan-jalan sore sambil menyuapi anaknya" "Aduh, tumben nih rapi banget, kayak pak ustadz. Mau ke mana, sih?" Tanya ibu muda itu.

Sekilas pertanyaan tadi biasa saja, karena memang kami saling kenal, tapi ketika dikaitkan dengan ucapan Pak Ustadz di atas, menjadi sesuatu yang lain rasanya... "Kenapa orang yang hendak pergi ke masjid dengan pakaian rapi dan memang semestinya seperti itu dibilang "tumben"? Kenapa justru orang yang jalan-jalan dan memberi makan anaknya di tengah jalan, di tengah kumandang adzan maghrib menjadi biasa-biasa saja? Kenapa orang ke masjid dianggap aneh? Orang yang pergi ke masjid akan terasa "aneh" ketika orang-orang lain justru tengah asik nonton sinetron "Intan".

Orang ke masjid akan terasa "aneh" ketika melalui kerumunan orang-orang yang sedang ngobrol di pinggir jalan dengan suara lantang seolah meningkahi suara panggilan adzan. Orang ke masjid terasa "aneh" ketika orang lebih sibuk mencuci motor dan mobilnya yang kotor karena kehujanan. Ketika hal itu penulis ceritakan ke Pak Ustadz, beliau hanya tersenyum, "Kamu akan banyak menjumpai "keanehan-keanehan" lain di sekitarmu," kata Pak Ustadz. "Keanehan-keanehan" di sekitar kita?

Cobalah ketika kita datang ke kantor, kita lakukan shalat sunah dhuha, pasti akan nampak "aneh" di tengah orang-orang yang sibuk sarapan, baca koran dan mengobrol. Cobalah kita shalat dhuhur atau Ashar tepat waktu, akan terasa "aneh", karena masjid masih kosong melompong, akan terasa aneh di tengah-tengah sebuah lingkungan dan teman yang biasa shalat di akhir waktu.

Cobalah berdzikir atau tadabur al Qur'an ba'da shalat, akan terasa aneh di tengah-tengah orang yang tidur mendengkur setelah atau sebelum shalat. Dan makin terasa aneh ketika lampu mushola/masjid harus dimatikan agar tidurnya nyaman dan tidak silau. Orang yang mau shalat malah serasa menumpang di tempat orang tidur, bukan malah sebaliknya, yang tidur itu justru menumpang di tempat shalat. Aneh, bukan? Cobalah hari ini shalat Jum'at lebih awal, akan terasa aneh, karena masjid masih kosong, dan baru akan terisi penuh manakala khutbah ke dua menjelang selesai.

Cobalah anda kirim artikel atau tulisan yang berisi nasehat, akan terasa aneh di tengah-tengah kiriman e-mail yang berisi humor, plesetan, asal nimbrung, atau sekedar gue, elu, gue, elu, dan test..test, test saja. Cobalah baca artikel atau tulisan yang berisi nasehat atau hadits, atau ayat al Qur'an, pasti akan terasa aneh di tengah orang-orang yang membaca artikel-artikel lelucon, lawakan yang tak lucu, berita hot atau lainnya. Dan masih banyak keanehan-keanehan lainnya, tapi sekali lagi jangan takut menjadi orang "aneh" selama keanehan kita sesuai dengan tuntunan syari'at dan tata nilai serta norma yang benar. Jangan takut dibilang "tumben" ketika kita pergi ke masjid, dengan pakaian rapi, karena itulah yang benar yang sesuai dengan al Qur'an (Al A'raf:31).

Jangan takut dikatakan "sok alim" ketika kita lakukan shalat dhuha di kantor, wong itu yang lebih baik kok, dari sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak karuan.

Jangan takut dikatakan "Sok Rajin" ketika kita shalat tepat pada waktunya, karena memang shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya terhadap orang-orang beriman. "Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (Annisaa:103).

Jangan takut untuk shalat Jum'at/shalat berjama'ah berada di shaf terdepan, karena perintahnya pun bersegeralah. Karena di shaf terdepan itu ada kemuliaan sehingga di jaman Nabi Salallahu'alaihi wassalam para sahabat bisa bertengkar cuma gara-gara memperebutkan berada di shaf depan. "Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli [1475]. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui". (Al Jumu'ah:9).

Jangan takut kirim artikel berupa nasehat, hadits atau ayat-ayat al Qur'an, karena itu adalah sebagian dari tanggung jawab kita untuk saling menasehati, saling menyeru dalam kebenaran, dan seruan kepada kebenaran adalah sebaik-baik perkataan; "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fusshilat:33).

Jangan takut artikel kita tidak dibaca, karena memang demikianlah Allah menciptakan ladang amal bagi kita. Kalau sekali kita menyerukan, sekali kita kirim artikel, lantas semua orang mengikuti apa yang kita serukan, lenyap donk ladang amal kita.... Kalau yang kirim e-mail humor saja, gue/elu saja, test-test saja bisa kirim e-mail setiap hari, kenapa kita mesti risih dan harus berpikir ratusan atau bahkan ribuan kali untuk saling memberi nasehat. Aneh nggak, sih?

Jangan takut dikatain sok pinter, sok menggurui, atau sok tahu. Lha wong itu yang disuruh kok, "sampaikan dariku walau satu ayat" (potongan dari hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3461 dari hadits Abdullah Ibn Umar).

Jangan takut baca e-mail dari siapapun, selama e-mail itu berisi kebenaran dan bertujuan untuk kebaikan. Kita tidak harus baca e-mail dari orang-orang terkenal, e-mail dari manajer atau dari siapapun kalau isinya sekedar dan ala kadarnya saja, atau dari e-mail yang isinya asal kirim saja. Mutiara akan tetap jadi mutiara terlepas dari siapapun pengirimnya. Pun sampah tidak akan pernah menjadi emas, meskipun berasal dari tempat yang mewah sekalipun. Lakukan "keanehan-keanehan" yang dituntun manhaj dan syari'at yang benar. Kenakan jilbab dengan teguh dan sempurna, meskipun itu akan serasa aneh ditengah orang-orang yang berbikini dan ber-you can see. Jangan takut mengatakan perkataan yang benar (Al Qur'an & Hadist), meskipun akan terasa aneh ditengah hingar bingarnya bacaan vulgar dan tak bermoral. Lagian kenapa kita harus takut disebut "orang aneh" atau "manusia langka" jika memang keanehan-keanehan menurut pandangan mereka justru yang akan menyelematkan kita?

Selamat jadi orang aneh yang bersyari'at dan bermanhaj yang benar...

NB: Silahkan menyebarkan email ini. Tidak ada embel-embel apapun melainkan "DAKWAH" mengharap Ridho Allah SWT.

Masjid 1000 Pintu

Tak ada kata lain bahwa kita harus ingat kepada-Nya

Pernahkan Anda mendengar tempat bernama Masjid pintu seribu? Jika belum pastilah menggugah rasa penasaran Anda kan? Saya pun demikian. Begini menurut pengalaman seseorang...

Sebenarnya Masjid yang dibangun pada tahun 1978 itu dinamai Masjid Agung Nurul Yaqin. Banyaknya pintu maka orang bahkan media massa pun banyak menyebutnya dengan nama Masjid Pintu Seribu (MPS).

Masjid yang berlokasi di Kampung Bayur, Priuk Jaya, Jatiuwung, Kabupaten Tangerang. Lokasinya pun cukup mudah dijangkau dengan mobil, dan hanya beberapa menit dari pusat Kota Tangerang. Dan pastinya Masjid ini sebetulnya terlihat dari pesawat yang akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Masjid Pintu Seribu (MPS) ini memang memiliki sangat banyak pintu. Menurut keterangan dari A. Supandi.S salah satu santri yang juga pengurus Masjid menjelaskan bahwa pengelola dan pembangun masjid tidak pernah menghitung berapa sebetulnya jumlah pintu yang ada di masjid itu. Untuk arsitektur bangunan tidak ada acuan pastinya, tetapi banyak orang yang datang kesini ada berpendapat bahwa arsitektur bangunan mirip masjid model di China, Jordania atau Arab.

Tetapi, mungkin juga tidak ada gunanya menghitung jumlah pintu itu sekarang. Karena MPS adalah sebuah work in progress. Sejak dibangun pada tahun 1978 pendirinya yang bernama Al Faqir Mahdi Hasan Alqudratillah Al Muqoddam, masjid ini hingga kini memang belum selesai dan hingga kini terus dalam masa pembangunan. Al Faqir adalah salah satu santri dari Syekh Hami Abas Rawa Bokor yang memulai pembangunan masjid itu dengan membuat Majelis Ta’lim terlebih dahulu di daerah tersebut. Untuk menghormatinya, warga kampung memberinya gelar Mahdi Hasan al Qudratillah al Muqodam. Sekarang, Al Faqir juga sedang membangun masjid-masjid serupa di Karawang, Madiun, dan beberapa kota lain di Indonesia. Sekedar informasi bahwa Masjid ini berdiri diatas tanah seluas 1 hektar yang tadinya merupakan pemukiman warga etnis Tionghoa. Kini hubungan warga setempat dengan etnis Tionghoa pun sangat akrab.

Pembangunan masjid ini bahkan tidak memakai gambar rancang. Tidak ada desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Ada pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec. Pada beberapa pintu banyak ornamen angka 999. mengapa tidak 1000? Masjid Semula saya pikir itu ada kaitannya dengan legenda Candi Prambanan, ketika Bandung Bondowoso hanya mampu menyelesaikan 999 dan Roro Jonggrang yang menuntut arca ke-1.000. Ternyata, menurut Supandi angka 999 itu memilki arti yakni menunjukkan 99 berati atsma ul husna dan 9 lagi jumlah Wali Songo.

Setelah mewawancarai pengurus Masjid kami pun diantar menuju makam yang ada di bagian utama. Hari itu kebetulan banyak jamaah yang berziarah ke makam Ahmad Sultan Agung Purnama Sejati Al-Muqoddam yakni salah seorang putra dari pendiri masjid ini. Biasanya menjelang bulan puasa banyak sekali pengunjung yang datang, bahkan Hari Raya Idul Fitri dan perayaan agama Islam lainnya tempat ini ramai dikunjungi.

Menelusuri lorong masjid

Usai berdoa dan mengambil gambar kami pun dipandu menuju bagian masjid yang sedang dan terus dibangun. Bagian yang pertama kami kunjungi adalah ruang tasbih di bawah tanah. Melalui lorong sempit yang gelap dan berliku kami harus meraba-raba untuk mencapai ruang itu dan terasa sangat lembab sekali. Matahari pun tak pernah menembus ruang itu. Lorong-lorong bawah tanah MPS itu mempunyai banyak cabang dan betul-betul merupakan labirin yang membingungkan. Saat berjalan di lorong itulah para jemaah membaca shalawat ataupun dzikir.
Tanpa penunjuk jalan, pastilah para pengunjung akan tersesat di dalamnya. Lorong-lorong yang lain juga menuju ke berbagai ruang sempit yang bisa digunakan untuk melakukan istiqomah (bersunyi hati, pikiran dan perasaan untuk mendekatkan diri kepada Allah). Salah satu ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih itu agak luas, memakai lantai keramik putih, dan sinar lampu ada di ruang tersebut dan di sana terdapat sebuah tasbih besar dari kayu. Garis tengah masing-masing butir tasbihnya sekitar 10 sentimeter bahkan Supandi menyebut bahwa tasbih ini adalah tasbih terbesar di dunia. Ruang tasbih ini dipakai oleh Al Faqir bahkan jamaah lain untuk ber-istiqomah. Pemandu sengaja mematikan lampu di ruang itu, dan mengajak kami semua membayangkan bahwa pada saat kematian nanti kita akan berada dalam liang yang jauh lebih kecil dan lebih pengap daripada ruangan ini. Kemudian ia mengajak kami semua berdoa bersama dalam keheningan dan kegelapan. Itulah kenapa di lorong itu tidak diberi lampu dan pengunjung hanya diberikan lampu senter kecil. Bangunan ini rencananya akan dibuat 5 lantai supaya bisa menampung 5000 jemaah. Kubahnya nanti rencananya dibuat ada 9. Disini bagian utama dekat makam kita bisa mengambil air tanah untuk dibawa pulang, menurut cerita air di sumur itu tidak pernah kering walaupun di musim kemarau. Yang jelas, Masjid adalah tempat kita menghadap allah dan masjid ini mungkin membuat ukhuwah Islmiah semakin kuat. Karenanya tak heran jika yang datang tak hanya pengunjung lokal, “Pengunjung dari luar negeri seperti Tokyo dan Singapura pun pernah datang ke Masjid ini,” ungkap Supandi menutup pembicaraan.